BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pangan dan gizi, adalah sesuatu
gabungan kata yang sulit dipisahkan, karena berbicara gizi haruslah menyangkut
pangan dan bahan makanan, dan ini tidak berarti bahwa bahan pangan yang tidak
bergizi menjadi menjadi tidak penting artinya. Peningkatan produksi pangan
haruslah dikaitkan dengan program kecukupan pangan dan gizi, bukan saja untuk
memenuhi kecukupan nasional tetapi juga bagi seluruh golongan rawan pangan dan
gizi di Indonesia. Masalah ini perlu mendapat perhatian dan diharapkan ada
pemikiran mengenai bagaimana cara pemerataan pangan dan gizi.
Pengetahuan masyarakat tentang pemilihan makanan yang
baik untuk mencapai hidup yang sehat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain, ekonomi, sosial, budaya, kondisi kesehatan dan lain sebagainya.
Pendidikan gizi memrupakan salah satu unsur penting dalam meningkatkan status
gizi masyarakat untuk jangka panjang. Melalui sosialisasi dan penyampaian pesan
gizi yang praktis akan membentuk suatau kesimbangan bangsa antara gaya hidup
dengan pola konsumsi masyarakat. Pengembangan pedoman gizi seimbang baik untuk
petugas maupun masyarakat adalah salah satu strategi dalam pencapaian perubahan
maupun masyarakat adalah salah satu strategi dalam mencapai perubahan pola
konsumsi makanan yang ada di masyarakat dengan tujuan akhir yaitu tercapainya
status gizi masyarakat yang baik.
Tercukupnya
pangan merupakan faktor utama bagi kehidupan. Karena manusia tidak bisa
bertahan hidup jikalau sudah tidak ada makanan. Bukan hanya tercukupnya pangan
saja, tetapi gizi yang terkandung dalam pangan tersebut harus diperhatikan,
agar orang yang mengkonsumsinya dapat memperoleh kecukupan gizi yang
semestinya.
Dalam mengonsumsi makanan, yang pertama harus
dilakukan memperhatikan kecukupan gizi yang akan diterima dalam tubuh. Oleh
karena itu, sebelum pangan menjadi gizi, kita harus memperhatikan berbagai hal
yang berhubungan mengenai makanan tersebut, yaitu mutu gizi yang ada dalam
makanan, kondisi fisiknya, harga dari makanan tersebut, serta ketersediaan dan
ketahanan pangan.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui
fungsi pangan dan gizi.
2. Untuk mengetahui
tentang konsumsi panga dan gizi.
3. Untuk mengetahui
faktor apa yang dapat mempengaruhi masalah gizi di masyarakat.
1.3 Manfaat
Manfaat
dari makalah ini, adalah untuk memberikan kita pengetahuan tentang
konsumsi pangan dan gizi dan berharap bagi pembaca untuk selalu memperhatikan gizi
yang terkandung dalam setiap pangan. Karena tercukupnya pangan bukan berarti
gizi yang diperlukan telah tercukupi.
BAB II
ISI
2.1 Pengertian
2.1.1 Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik
yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan
dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau
pembuatan makanan atau minuman ( UU RI No. 7 th.1996 tentang Pangan ).
2.1.2 Gizi
Gizi berasal dari bahasa arab “Al Gizzai”
yang artinya makanan dan manfaat untuk kesehatan. Al Gizzai juga dapat
diartikan sari makanan yang bermanfaat untuk untuk kesehatan. Untuk hidup dan
meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 6 kelompok zat gizi
(karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air) dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan.
2.2 Fungsi Pangan dan Gizi
2.2.1. Fungsi Pangan
Dalam
kehidupan modern ini, filosofi makan telah mengalami pergeseran, di mana makan
bukanlah sekadar untuk kenyang, tetapi yang lebih utama adalah untuk mencapai
tingkat kesehatan dan kebugaran yang optimal.
Fungsi pangan yang utama bagi manusia adalah untuk
memenuhi kebutuhan zat-zat gizi tubuh, sesuai dengan jenis kelamin, usia,
aktivitas fisik, dan bobot tubuh. Fungsi pangan yang demikian dikenal dengan
istilah fungsi primer (primary function).Selain memiliki fungsi primer, bahan
pangan sebaiknya juga memenuhi fungsi sekunder (secondary function), yaitu
memiliki penampakan dan cita rasa yang baik. Seiring dengan makin meningkatnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat, maka tuntutan konsumen
terhadap bahan pangan juga kian bergeser.
Bahan pangan yang kini mulai banyak diminati konsumen
bukan saja yang mempunyai komposisi gizi yang baik serta penampakan dan cita
rasa yang menarik, tetapi juga harus memiliki fungsi fisiologis
tertentu bagi tubuh. Fungsi yang demikian dikenal sebagai fungsi tertier
(tertiary function). Saat ini banyak dipopulerkan bahan pangan yang mempunyai
fungsi fisiologis tertentu di dalam tubuh, misalnya untuk menurunkan tekanan
darah, menurunkan kadar kolesterol, menurunkan kadar gula darah, meningkatkan
penyerapan kalsium, dan lain-lain. Dasar pertimbangan konsumen di negara-negara
maju dalam memilih bahan pangan, bukan hanya bertumpu pada kandungan gizi dan
kelezatannya, tetapi juga pengaruhnya terhadap kesehatan tubuhnya. Saat ini
pangan telah diandalkan sebagai pemelihara kesehatan dan kebugaran tubuh.
2.2.2.
Fungsi Gizi
Ada enam macam zat gizi yang kita
kenal yaitu : karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, mineral dan air.
Dalam tubuh, makanan yang kita makan akan diurai menjadi zat gizi, zat gizi ini
kemudian akan diserap oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya masing-masing.
Fungsi zat gizi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1. Zat
penghasil energi atau
tenaga
2. Zat
pembangun dan pemelihara sel dan jaringan tubuh
3. Zat
pengatur proses tubuh
Zat
penghasil energi atau disebut juga zat tenaga adalah fungsi zat gizi yang
pertama. Zat gizi dalam makanan yang menjadi sumber energi disebut zat energi,
yaitu meliputi karbohidrat,
lemak, dan protein. Zat gizi penghasil energi ini sebagian besar dihasilkan
oleh bahan makanan pokok yaitu seperti nasi, roti, kentang dsb.
Fungsi
zat gizi yang kedua, yaitu sebagai zat pembangun dan pemelihara sel dan
jaringan tubuh atau disebut juga zat pembangun. Zat gizi yang berperan disini
adalah protein dan mineral.
Protein dan mineral diperlukan untuk membangun sel-sel baru, memelihara dan
mengganti sel-sel yang telah rusak.
Jenis
makanan penghasil zat pembangun adalah ikan,
telur, susu, kacang-kacangan dll. Manfaatnya untuk memperbaharui sel-sel tubuh
yang rusak dan digantikan dengan yang baru.
Fungsi
zat gizi yang terakhir, yaitu sebagai pengatur proses dalam tubuh atau disebut
juga zat pengatur. Zat gizi yang berperan dalam proses pengaturan tubuh adalah
protein, vitamin, mineral dan air. Makanan penghasil zat
pengatur ialah sayuran dan buah-buahan.
Nilai yang
sangat penting dari bahan makanan atau zat makanan bagi pertumbuhan dan
perkembangan fisik serta perolehan energi guna melakukan kegiatan sehari-hari
seperti seperti yang dikemukakan di atas tergantung dari keadaan dan
macam-macam bahan makanannya. Namun demikian, apabila bahan-bahan makanan itu :
a. Tersaji
dalam keadaan cukup higienis (tidak mengandung kuman-kuman penyakit, tidak
mengandung zat-zat toksin/racun yang dapat membahayakan kelangsungan hidup seseorang):
b. Cukup
mengandung kalori, protein (dengan memiliki ke sepuluh asam amino esensial,
cukup mengandung lemak, cukup mengandung vitamin dan mineral);
c. Dapat
mudah tercerna
oleh alat-alat pencernaan;
d. Pengolahan
atau pemasakannnya desesuaikan dengan
sifat fisis dan kimia
dari masing-masing bahan makanan;
e. Dihidangkan
dalam keadaan yang tepat dan baik, artinya dalam suhu yang tidak terlalu tinggi
atau terlalu rendah;
Maka nilainya
bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik serta perolehan energi guna melakukan
kegiatan sehari-hari adalah cukup tinggi. Kenyataanya hal diatas sering kurang diperhatikan sehingga
tidak jarang kita akan berhadapan dengan manusia-manusia atau bahkan kita akan
merasakan sendiri :
a. Pertumbuhan
dan perkembangan tubuh
yang kurang normal, banyak keluhan karena berbagai penderitaan yang berkaitan
dengan kesegaran fisik :
b. Kelesuan,
tidak bergairah melakukan kegiatan sehari-hari, dan lain-lain.
Kenyataan bahwa hingga sekarang banyak diantara
penduduk Indonesia yang enggan mengkonsumsi beberapa bahan makanan tertentu,
baik karena pantangan turun
temurun yang salah diwariskan oleh leluhurnya, maupun karena gaya hidup mewah
sehari-hari yang di praktekkannya, padahal bahan makanan tersebut terkenal
bergizi yang telah dianjurkan oleh pemerintah. Makanan yang bergizi tidak selalu makanan yang mahal,
mewah bahkan dalam banyak bukti makanan yang dimiliki kurang bergizi. Bahan
makanan yang mudah diperoleh dan harganyapun cukup terjangkau oleh mereka yang
berpengasilan rendah banyak yang bergizi dan bahan-bahan makanan yang dimiliki
perlu mendapat perhatian untuk dikonsumsi dengan sebaik-baiknya. Selera dan gairah dan
memakannya tergantung dari kepandaian pengolahan dan ketepatan waktu
penyajiannya.
2.3 Zat-Zat Gizi
Zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan
tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan
memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Adapun zat-zat
gizi yang diperlukan yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan
air.
2.3.1 Karbohidrat
Karbohidrat
merupakan zat gizi utama sebagai sumber energi bagi tubuh. Terpenuhinya
kebutuhan tubuh akan karbohidrat akan menentukan jumlah energi yang tersedia
bagi tubuh setiap hari.
a. Fungsi
Fungsi karbohidrat
dalam tubuh antara lain :
a. Sebagai sumber energi
b. Pemberi rasa manis pada makanan
c. Penghemat protein
d. Pengatur metabolisme lemak
e. Membantu pengeluaran feses
b. Sumber
Sumber
karbohidrat adalah padi-padian atau
serealia, umbi-umbian, kacang-kacang kering, dan gula. Hasil oleh bahan-bahan
ini adalah bihun, mie, roti, tepung-tepungan, selai, sirup, dan sebagainya.
Sebagian besar sayur dan buah tidak banyak mengandung karbohidrat. Sayur
umbi-umbian, seperti wortel serta sayur kacang-kacangan relatif lebih banyak
mengandung karbohidrat daripada sayur daun-daunan. Bahan makanan hewani seperti
daging, ayam, ikan, telur dan susu sedikit sekali mengandung karbohidrat.
Sumber karbohidat yang banyak dimakan sebagai makanan pokok di Indonesia adalah
beras, jagung, ubi, singkong, talas dan sagu.
c.
Kebutuhan sehari
Bila tidak ada
karbohidrat asam amino dan gliserol yang berasal dari lemak dapat diubah
menjadi glukosa untuk keperluan energi otak dan sistem saraf pusat. Oleh sebab
itu, tidak ada ketentuan tentang kebutuhan karbohidrat sehari untuk manusia.
Untuk memelihara kesehatan, WHO (1990) menganjurkan agar 50-65% konsumsi energi
total berasal dari karbohidrat komplek dan paling banyak hanya 10% dari gula
sederhana. Rata-rata konsumsi energi berasal dari karbohidrat penduduk
Indonesia menurut biro pusat statistik tahun 1990 adalah sebesar 72%. Demikian
pula tidak ada anjuran kebutuhan sehari secara khusus untuk serat makanan.
Lembaga kanker Amerika menganjurkan makan 20-30 gram serat dalam sehari.
2.3.2 Lipida atau Lemak
Lipida atau lemak adalah senyawa kimia yang dalam
struktur molekulnya mengandung gugus asam lemak. Lemak merupakan simpanan
energi bagi manusia dan hewan.
a. Fungsi
Lemak mempunyai fungsi yang cukup banyak, lemak dalam
bahan pangan berfungsi sebagai :
-
Sumber energi, dimana tiap gram lemak menghasilkan
sekitar 9-9.3 kkal/g.
-
Menghemat protein dan tiamin
-
Membuat rasa kenyag lebih lama, sehubungan dengan
dicernanya lemak lebih lama.
-
Pemberi cita rasa dan keharuman yang lebih baik
-
Memberi zat gizi lain yang dibutuhkan tubuh.
Sedangkan fungsi lemak dalam tubuh adalah sebagai berikut
:
-
Sebagai pembangun/pembentuk susunan tubuh
-
Pelindung kehilangan panas tubuh
-
Sebagai penghasil asam lemak esensial
-
Sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K
-
Sebagai pelumas diantara persendian
-
Sebagai agen pengemulsi yag akan mempermudah transpor
substansi lemak keluar masuk melalui membran sel
-
Sebagai prekursor dari protaglandin yang berperan
mengatur tekanan darah, denyut jantung dan lipolisis.
b. Sumber
Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak
kelapa kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung dan sebagainya),
mentega margarin, dan lemak hewan (lemak daging dan ayam). Sumber lemak lain
adalah kacang-kacangan, biji-bijian, krim, susu, keju dan kuning telur, serta
makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak. Sayur dan buah (kecuali
alpukat).
c. Kebutuhan
Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. WHO
(1990) menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 15-30% kebutuhan energi total
dianggap baik untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuha akan asam lemak
esensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak. Diantara lemak yang
dikonsumsi sehari dianjurkan paling banyak 10% dari kebutuhan energi total
berasal dari lemak jenuh dan 3-7% dari lemak tidak jenuh ganda.
2.3.3 Protein
Protein merupakan zat gizi yang paling banyak terdapat
dalam tubuh. Protein merupakan bagian dari semua sel-sel hidup. Seperlima dari
berat tubuh orang dewasa merupakan protein. Protein merupakan bahan utama dalam
penbentukan sel jaringan, baik jaringan tubuh tumbuh-tumbuhan maupun tubuh
manusia dan hewan. Karena itu protein disebut unsur pembangun.
a. Fungsi
Protein mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut :
-
Membentuk jaringan baru dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan tubuh
-
Memelihara jaringan tubuh, serta memperbaiki serta
menganti jaringan yang rusak atau mati
-
Menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk
enzim pencernaan dan metabolisme serta antibodi yang diperlukan.
-
Mengatur keseimbangan air yang terdapat dalam tiga kompartemen
yaitu intraseluler, ekstraseluler dan intravaskuler
-
Mempertahankan kenetralan (asam-basa) tubuh.
b. Sumber
Bahan-bahan makanan sumber protein dapat digolongkan
kedalam 2 golongan yaitu sebagai berikut :
-
Bahan-bahan makanan sumber protein yang berasal dari
hewan, misalnya jenis daging (daging sapi, daging kambing, daging babi, daging
ayam dan bagian-bagian dari tubuh hewan itu), jenis ikan, telur dan susu.
-
Bahan-bahan makanan sumber protein yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, misalnya beras, jenis kacang-kacangan (kedelai, kacang ijo,
kacang tanah). Sebagian kecil protein terdapat dalam sayuran dan buah-buahan.
c. Kebutuhan
Kebutuhan protein menurut FAO/WHO/UNU (1985) adalah
konsumsi yang diperlukan untuk mencegah kehilangan protein tubuh dan
memungkinkan produksi protein yang diperlukan dalam masa pertumbuhan,
kehamilan, atau menyusui. Angka kecukupan protein orang dewasa menurut hasil
penelitian keseimbangan nitrogen adalah 0,75 gr/kg berat badan, berupa protein
patokan tinggi yaitu protein telur. WHO (1990) menyatakan protein sebanyak
10-20% kebutuhan energi total dianggap baik untuk kesehatan.
2.3.4 Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang tidak dapat dibuat oleh
tubuh tetapi di perlukan tubuh untuk dapat berlangsungnya berbagai reaksi faal
dan biokimia dalam tubuh. Vitamin juga merupakan suatu
komponen kimia organik yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk menunjang proses
pertumbuhan dan pemeliharaan sel.
Vitamin berperan sebagai katalisator
organik, mengatur proses metabolisme dan fungsi normal tubuh. Di tubuh vitamin
mempunyai peran utama sebagai zat pengatur dan pembangun bersama zat gizi lain
melalui pembentukkan enzim, antibody dan hormon. Masing-masing vitamin
mempunyai peranan khusus yang tidak dapat digantikan oleh vitamin dan zat gizi
lain. Oleh karena itu, meskipun dibutuhkan dalam jumlah sedikit dalam satuan
miligram atau mikrogram, jumlah kecil itu sangat penting. Berdasarkan sifat
kelarutannya, vitamin dikelompokkan menjadi dua yaitu vitamin lerut lemak (Vit
A, D, E, dan K), dan vitamin larut air (Vitamin C, B kompleks, dan biotin)
2.3.5 Mineral
Kira-kira 6% tubuh manusia dewasa terbut dari mineral.
Mineral yang dibutuhkan oleh manusia diperoleh dari tanah. Mineral merupakan
bahan organik dan bersifat esensial. Jika mineral tidak habis digunakan oleh
manusia maka akan dikeluarkan oleh tubuh dan dikembalikan pada tanah.
a.
Fungsi
Secara umum fungsi mineral di dalam tubuh sebagai
berikut:
-
Memelihara keseimbangan asam tubuh dengan jalan
penggunaan mineral pembentuk asam (klorin, fosfor, belerang) dan pembentuk basa
(kapur, besi, magnesium, kalium, natrium)
-
Mengkatalisasi reaksi yang bertalian dengan pemecahan
karbohidrat, lemak, dan protein serta pembentukan lemak dan protein tubuh.
-
Sebagai hormon (iodium terlibat dalam hormon tiroksin: CO
dalam vitamin B12; Ca dan P untuk membentuk tulang dan gigi) dan enzim tubuh
(Fe terlibat dalam aktivitas enzim katalase dan sitokrom).
-
Membantu memelihara keseimbangan air tubuh (klorin,
kalium, natrium).
-
Menolong dalam pengiriman isyarat keseluruh tubuh
(Kalsium, Kalium, Natrium)
-
Sebagai bagian cairan usus (Kalsium, Magnesium, Kalium,
dan Natrium)
-
Berperan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan tulang, gigi
dan jaringan tubuh lainnya (Kalsium, Fofor, Fluorin)
b.
Sumber
Mineral berasal dari bawah tanah. Tanaman yang ditanam di
atas tanah akan menyerap mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kemudian
disimpan dalam akar, batang, daun, bunga, dan buah. Hewan makan tanaman dan
akan menyimpan mineral dalam tubuhnya. Mannusia memperoleh mineral melalui
konsumsi pangan nabati maupun hewani.
c.
Kebutuhan
Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh lebih
dari 100 mg sehari. Sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg
sehari.
2.3.6 Air
Air atau cairan tubuh merupakan bagian utama tubuh, yaitu
55-60% badan pada orang dewasa atau 70% dari bagian tubuh tanpa lemak. Kandungan
air bayi pada waktu lahir adalah 75 berat badan, sedangkan pada usia tua
menjadi 50% .
Air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh,
yaitu sebagai pelarut dan alat angkut, katalisator, fasilitator pertumbuhan,
pengatur suhu dan peredam benturan.
2.4 Konsumsi Pangan dan Gizi
Konsumsi
pangan rata-rata penduduk setiap jiwa dalam satu hari digambarkan dalam bentuk
Neraca Bahan Makanan. Neraca Bahan Makanan tahun 1976 menunjukkan bahwa
rata-rata konsumsi penduduk Indonesia telah mencapai 2.231 Kalori dan
43,7 gram protein per jiwa per hari. Besarnya kalori tersebut menggambarkan
jumlah tenaga yang dihasilkan oleh makanan untuk kegiatan jasmaniah
sehari-hari. Sedangkan jumlah
protein menggambarkan kandungan zat untuk pertumbuhan badan dan perkembangan
kecerdasan.
Ditinjau dari kebutuhan rata-rata kalori dan protein penduduk Indonesia
sebesar 2.100 Kalori dan 46 gram protein per jiwa per hari maka nampak bahwa
rata-rata keperluan kalori telah terpenuhi dan kebu-tuhan protein hampir
tercapai. Akan tetapi pola konsumsi di sementara daerah dan kelompok masyarakat
masih menunjukkan kekurangan kalori dan protein.
Pada
umumnya sebagian besar dari pendapatan penduduk Indonesia masih
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Lagi pula sebagian besar penduduk Indonesia terdiri dari petani-petani produsen pangan.
Karena kedua hal itu maka setiap perubahan harga pangan akan
mempunyai pengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Gejolak harga
pangan akan menimbulkan kerisauan pada sebagian besar masyarakat, baik di kota maupun di
pedesaan, dan peningkatan harga yang tidak terkendalikan akan dapat menimbulkan
gangguan
terhadap kelancaran kegiatan pembangunan. Jadi jelaslah bahwa pangan mempunyai
peranan yang sangat penting dalam rangka usaha tercapainya sasaran-sasaran
pembangunan.
Usaha
mencukupi kebutuhan pangan dan gizi memerlukan langkah-langkah yang menyeluruh dan merupakan bagian dari
kebulatan kebijaksanaan dan langkah pembangunan nasional. Oleh karena itu penanganannya
memerlukan usaha terpadu dari berbagai bidang terutama bidang kesehatan, pertanian, industri, pendidikan,
penerangan, perdagangan,
kependudukan dan lingkungan hidup.
Secara
alami, komposisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki keunggulan dan kelemahan
tertentu. Bebarapa makanan mengandung tinggi karbohidrat tetapi kurang vitamin
dan mineral. Sedangkan bebarapa makanan lain kaya vitamin C tetapi kurang
vitamin A. Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beranekaragam, maka akan
timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan
untuk hidup sehat dan produktif.
Setiap orang yang hidup
peduli dengan pangan untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Pangan mengandung
zat-zat yang diperlukan tubuh unuk memperoleh energi guna mempelihara
kelangsungan proses-proses di dalam tubuh, untuk tumbuh dan berkembang, serta
untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Energi tersebut diperoleh dari hasil
pembakaran (oksidasi) karbohidrat, lemak dan protein di dalam tubuh, serta
vitamin,air dan mineral.
2.4.1
Keragaman Pangan
Sekarang
pola konsumsi pangan masih sangat mengutamakan beras. Kenyataan
ini menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan rakyat, dan dengan demikian keadaan
perekonomian sebagai keseluruhan, sangat
tergantung pada satu jenis pangan. Pola konsumsi pangan yang terlalu tergantung
pada satu jenis pangan dapat menimbulkan beberapa masalah. Pertama,
keadaan pangan akan selalu rawan karena
apabila terjadi kekurangan dalam jenis pangan ini akan timbul kerisauan di
dalam masyarakat. Lagi pula dalam keadaan masih diperlukan
impor, kemampuan negara untuk mencukupinya akan sangat tergantung dari
persediaan beras di sementara Negara pengekspor
beras. Kedua, pola konsumsi pangan yang mengutamakan satu jenis pangan tidak dapat menjamin
keseimbangan gizi yang memadai. Ini berarti bahwa untuk meningkatkan mutu gizi,
pola konsumsi pangan memerlukan penganekaragaman.
Berbagai jenis bahan
pangan yang ada di alam, baik yang berasal dari tanaman yang disebut dengan
bahan pangan nabati maupun yang berasal dari hewan yang dikenal sebagai bahan
pangan hewani, ada yang kaya akan satu jenis zat gizi, sebaliknya ada pula yang
miskin akan zat gizi. Umumnya tidak ada satu bahan pangan yang lengkap
mengandung semua zat gizi dalam jumlah yang mencukupi keperluan tubuh, kecuali
air susu ibu (ASI) untuk bayi.
Zat-zat gizi menyediakan
kebutuhan sel-sel tubuh yang beraneka-ragam. Sebagai mesin hidup, sel
memerlukan energi, bahan-bahan pembangun dan bahan-bahan untuk memperbaiki atau
mengganti bagian-bagian yang rusak. Setiap jenis sel mempunyai kebutuhan yang
berbeda. Sebagai contoh, sel-sel otot menghasilkan serat-serat otot dan oleh
karena itu memerlukan protein. Setelah mengejarkan tugasnya, sel akan rusak dan
perlu diganti; sebagai contoh, sel darah merah diganti setiap enam minggu.
Oleh karena itu, manusia
memerlukan berbagai macam bahan pangan untuk menjamin agar semua zat gizi yang
diperlukan tubuh dapat terpenuhi dalam jumlah yang cukup.
Dengan
mengkonsumsi makanan sehari-hari yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada
jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis
makanan lain sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang.
2.4.2 Keamanan
Pangan
Pangan sehat adalah merupakan makanan yang aman
dikonsumsi, yakni tidak tercemar unsur-unsur kimia dan logam berat yang
membahayakan tubuh. Selain itu, makanan tersebut tidak mendapat zat tambahan
yang dapat mengganggu seperti zat pewarna dan perasa buatan (monosodium
glutamat).
Keamanan
pangan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Kurangnya perhatian teradap hal ini, telah sering mengakibatkan tejadinya
dampak berupa penurunan kesehatan konsumennya, mulai dari keracunan makanan
akibat tidak higienisnya proses penyiapan dan penyajian sampai risiko munculnya
penyakit kanker akibat penggunaan bahan tambahan.
Beberapa
masalah keamanan pangan meliputi
beberapa hal diantaranya :
1. Masih ditemukannya produk pangan yang
tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan, misalnya penggunaan bahan
tambahan yang dilarang, cemaran kimia berbahaya, cemaran patogen, rnasa
kadaluwarsa dan sebagainya.
2.
Masih banyaknya tejadi kasus
keracunan karena makanan yang sebagian besar belum dilaporkan dan belum
diidentifikasi penyebabnya.
3.
Masih rendahnya pengetahuan,
keterampilan dan tanggungjawab produsen pangan tentang mutu dan keamanan
pangan, terutama pada industri kecil atau industri rumahtangga.
4.
Masih rendahnya
kepedulian konsumen tentang mutu dan keamanan pangan karena terbatasnya.
Untuk itu, keamanan dari pangan yang
akan dikonsumsi harus diperhatikan, supaya tidak akan terjadi keracunan dalam
tubuh yang mengakibatkan terhambatnya proses-proses metabolisme yang bekerja di
dalam tubuh.
2.4.3 Mutu Gizi
Pangan
yang sebaiknya dikonsumsi oleh individu, keluarga dan masyarakat adalah pangan
yang dari segi kualitas fisik yang baik dan tidak tercemar oleh bahan-bahan
kimia.
Kualitas pangan
yang kurang baik di Indonesia dikarenakan organisasi-organisasi yang terkait
seperti BPOM dan MENKES tidak bekerja
semestinya. Selain itu dimana dalam pendistribusian pangan memakan waktu yang
lama dan dari distributor 1 kedistributor yang lain. Sehingga kualitas pangan menurun
baik dari fisik (kesegaran pangan) maupun kandungan gizi yang ada didalam
pangan. Di lain sisi tingkat
pendidikan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kualitas pangan yang baik
juga masih kurang. Padahal, kualitas pangan tersebut sangat mempengaruhi
kualitas sumber daya manusia baik secara fisik dan kecerdasan.
2.4.4 Konsumsi
pangan individu
Setiap
individu memerlukan proporsi asupan gizi yang bervariasi sesuai dengan berat
badan, tinggi badan dan aktivitas sehari-hari.
Hanya tiga macam zat gizi yang berfungsi
sebagai sumber energy bagi tubuh, yaitu karbohidrat (pati, gula), protein dan
lemak. Di dalam tubuh, karbohidrat, lemak dan protein, akan dioksidasi dalam
sel dengan bantuan enzim, ko-enzim (misalnya vitamin) dan hormon. Prosesnya
memerlukan oksigen dan hasil yang diperoleh berupa karbon dioksida, air dan
energi.
AKG adalah jumlah zat-zat gizi
yang hendaknya dikonsumsi setiap hari untuk jangka waktu tertentu sebagai
bagian dari diet normal rata-rata orang sehat. Oleh sebab itu, perlu
dipertimbangkan setiap faktor yang berpengaruh terhadap absorbsi zat-zat gizi
yang efisiensi penggunaanya di dalam tubuh. Untuk sebagian zat gizi, sebagian
dari kebutuhan mungkin dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi suatu zat yang di
dalam tubuh kemudian dapat diubah menjadi zat gizi esensial.
Angka Kecukupan Gizi (AKG) pada individu terlampir pada
halaman 23.
2.4.5 Konsumsi pangan keluarga
Makanan keluarga adalah
makanan yang dihidangkan dalam suatu keluarga dari hari ke hari. Lengkap
tidaknya susunan makanan keluarga ini banyak tergatung pada kemampua keluarga
itu sendiri untuk menyusun makanan, kemempuan untuk mendapatkan bahan-bahan
makanan yang diperlukan, adat kebiasaan, dan sedikit banyak pengetahuan dalam
hal menyusun makanannya.
Susunan
makanan yang dihidangkan untuk keluarga dari hari ke hari lazimnya disebut menu
makanan. Jadi menu ialah kumpulan beberapa macam makanan atau masakan yang
disajikan untuk setiap kali makan. Menu yang sederhana hanya terdiri dari
makanan pokok, dan sedikit lauk pauk, misalnya nasi dengan sayur. Menu yang
lengkap, akan terdiri dari: nasi, sayur, sebagai pembantu untuk membasahi nasi
yang umumnya dibuat dari sayuran, kemudian lauk yang berupa ikan atau daging,
serta buah-buahan pencuci mulut. Menu yang disusun sedimikian itu sudah cukup
memenuhi syarat. Ini adalah menu untuk sekali makan.
Menu untuk 1
hari, akan terdiri dari hidangan berupa makan pagi, makan siang, makan malam,
dan kadang-kadang kita makan juga makanan selingan. Menu sedemikian itu lazim
digunakan pada keluarga-keluarga di kota. Di pedesaan, biasanya
keluarga-keluarga itu hanya makan dua kali sehari, yaitu makan pagi dan makan
sore. Perbedaan ini ada, karena umuumnya petani-petani berangkat ke sawah, atau
ke kebunnya, pagi-pagi sekali dan baru kembali sore harinya.
Konsumsi pangan keluarga adalah
kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga
dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan adalah kemampuan
keluarga untuk menyediakan waktunya, perhatian dan dukungan terhadap anak agar
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental, dan sosial, yang
dalam kenyataannya pengaplikasian pemenuhan pangan masih diutamakan untuk ayah,
yang persepsinya dimana ayah itu sebagai pencari nafkah dalam keluarga yang
membutuhkan banyak energi/kalori. Persepsi yang demikian merupakan persepsi
yang keliru, dimana seharusnya yang paling diutamakan adalah kecukupan gizi
pada anak terutama balita, dikarenakan anak dan balita masih dalam proses
pertumbuhan.
2.4.6 Konsumsi pangan masyarakat
Pemenuhan gizi yang cukup juga harus diperoleh
seluruh masyarakat yang berekonomi rendah, menengah sampai yang berekonomi
tinggi. Karena dengan gizi yang cukup pada masyarakat dapat meningkatkan
produktivitas kerja yang berpengaruh
terhadap perekonomian Negara.
2.5 Status gizi di
masyarakat
Status
gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya
berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif. Status gizi
adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien.
2.5.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
·
Faktor External
Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara
lain:
a.
Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah
taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki
keluarga tersebut
b.
Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah
pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan
dengan status gizi yang baik
c.
Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan
yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan keluarga
d.
Budaya
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi
tingkah laku dan kebiasaan
·
Faktor Internal
Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi
antara lain :
a.
Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang
dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita
b.
Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan
yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan
mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat
rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk
pertumbuhan cepat
c.
Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu
makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan.
Jumlah
dan tingkat mutu makanan yang di konsumsi oleh suatu kelompok sosial budaya
dipengaruhi oleh banyak hal yang saling kait-mengkait sehingga menimbulkan
masalah. Untuk memecahkan masalah pangan diperlukan usaha yang terpadu dan
terkoordinasi, kerjasama antar kelompok masyarakat dan pemerintah secara
nasional dan pengaruhi pola konsumsi makanan.
Kekurangan
pangan dan gizi menurut Ohkawa dan Takamatsu sangat mempengaruhi prestasi kerja
dan berpikir dari generasi yang sekarang maupun yang akan datang. Akibat dari
kekuranga pangan tersebut secara lahiriah dapat ditunjukkan dengan rendahnya
daya produksi dan kegiatan ekonomi penduduk, banyaknya serangan penyakit dan
kematian.
Aspek
psikologis akan banyak mempengaruhi untuk dapat memilih bahan makanan secara
bijaksana sesuai dengan tingkat ekonomi masing-masing da pemanfaatan jenis
bahan makanan bermutu yang ada di sekelilingnya. Suatu tingkat kesadaran dan
pengetahuan gizi yang mencukupi diperlukan oleh masyarakat. Untuk kelompok
masyarakat dengan pendapatan rendah, pengetahuan gizi dasar dan keterampilan
memilih bahan makanan murah namun cukup bermutu dan bagaimana mengkombinasikan
bahan-bahan tersebut sehingga dapat mencapai nilai gizi yang optimum sangat
diperlukan. Untuk kelompok masyarakat yang berpendapatan cukup tinggi,
pengetahuan gizi juga mutlak diperlukan untuk mencegah kurang gizi karena salah
pilih atau penggunaan yang berlebihan dari salah satu zat gizi yang digemari.
2.5.2 Masalah status gizi
a. Gizi
kurang
Kekurangan Gizi (Malnutrisi)
merupakan penyebab kematian dan kesakitan pada anak-anak. Kekurangan
gizi bisa disebabkan oleh kurangnya asupan gizi atau ketidakmampuan tubuh untuk
menyerap atau memetabolisir zat gizi. Kekurangan gizi bisa terjadi ketika
kebutuhan akan zat-zat gizi yang penting meningkat, misalnya pada saat
mengalami stres, infeksi, cedera atau penyakit. Kalori Protein (KKP)
merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi yang paling serius. KKP terjadi
pada bayi akibat tidak adekuatnya masa menyusui ataupun masa menyapih. KKP
relatif sering ditemukan di negara-negara berkembang; di negara maju, bentuk
KKP yang lebih ringan ditemukan pada keluarga misikin.
b.
Gizi lebih
Obesitas
adalah penyakit gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan
akumulasi jaringan lemak secara berlebihan diseluruh tubuh. Obesitaspun
merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan
dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Gizi lebih (over weight) dimana berat
badan melebihi berat badan rata-rata, namun tidak selalu identik dengan
obesitas
Penyebab:
·
Perilaku makan yang berhubungan dengan faktor keluarga dan
lingkungan
·
Aktifitas fisik yang rendah
·
Gangguan psikologis (bisa sebagai sebab atau akibat)
·
Laju pertumbuhan yang sangat cepat
·
Genetik atau faktor keturunan
·
Gangguan hormon
Obesitas
dapat menimbulkan penyakit yaitu :
·
DM
·
Stroke
·
Hypertensi
·
Serangan jantung
·
Gagal jantung
2.6 Upaya Untuk Mengatasi
Masalah Pangan dan Gizi
·
Pengembangan sumber daya manusia di bidang
pangan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan, terutama usaha kecil;
·
Mendorong dan meningkatkan peran serta
masyarakat dalam kegiatan pengembangan sumber daya manusia, peningkatan
kemampuan usaha kecil, penyuluhan di bidang pangan, serta penganekaragaman
pangan;
·
Mendorong dan mengarahkan peran serta asosiasi
dan organisasi profesi di bidang pangan;
·
Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian
dan atau pengembangan teknologi di bidang pangan;
·
Penyebarluasan pengetahuan dan penyuluhan di
bidang pangan dan gizi;
·
Pembinaan kerja sama internasional di bidang
pangan, sesuai dengan kepentingan nasional;
·
Mendorong dan meningkatkan kegiatan
penganekaragaman pangan yang dikonsumsi masyarakat serta pemantapan mutu pangan
tradisional.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Fungsi pangan yang utama bagi manusia adalah untuk
memenuhi kebutuhan zat-zat gizi tubuh, sesuai dengan jenis kelamin, usia,
aktivitas fisik, dan bobot tubuh. Fungsi pangan yang demikian dikenal dengan
istilah fungsi primer (primary function).Selain memiliki fungsi primer, bahan
pangan sebaiknya juga memenuhi fungsi sekunder (secondary function), yaitu
memiliki penampakan dan cita rasa yang baik. Sedangkan fungsi
zat gizi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
- Zat penghasil energi atau tenaga,
2.
Zat pembangun dan pemelihara
sel dan jaringan tubuh,
3.
Zat pengatur proses tubuh.
Usaha
mencukupi kebutuhan pangan dan gizi memerlukan langkahlangkah yang menyeluruh
dan merupakan bagian dari kebulatan kebijaksanaan dan langkah pembangunan
nasional. Oleh karena itu penanganannya
memerlukan usaha terpadu dari berbagai bidang terutama bidang kesehatan, pertanian, industri, pendidikan,
penerangan, perdagangan,
kependudukan dan lingkungan hidup.
Aspek
psikologis akan banyak mempengaruhi untuk dapat memilih bahan makanan secara
bijaksana sesuai dengan tingkat ekonomi masing-masing da pemanfaatan jenis
bahan makanan bermutu yang ada di sekelilingnya. Suatu tingkat kesadaran dan
pengetahuan gizi yang mencukupi diperlukan oleh masyarakat. Untuk kelompok
masyarakat dengan pendapatan rendah, pengetahuan gizi dasar dan keterampilan
memilih bahan makanan murah namun cukup bermutu dan bagaimana mengkombinasikan
bahan-bahan tersebut sehingga dapat mencapai nilai gizi yang optimum sangat
diperlukan. Untuk kelompok masyarakat yang berpendapatan cukup tinggi,
pengetahuan gizi juga mutlak diperlukan untuk mencegah kurang gizi karena salah
pilih atau penggunaan yang berlebihan dari salah satu zat gizi yang digemari.
DAFTAR PUSTAKA
Achadi, Endang, L.. 2007. Gizi
dan Kesehatan Masyarakat (Edisi Revisi). PT RajaGrafindo
Persada : Jakarta
Almatsier, Sunita. 2010. Prinsi-Prinsip Ilmu Gizi. PT Gramedia
Pustaka Utama:
Jakarta.
Ariani,
Mewa. Diversifikasi Konsumsi Pangan di
Indonesia : Antara Harapan
dan Kenyataan.
Azwar,
Azrul, 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang
(PUGS). Jakarta
Kertasapoetra,
G. dan Marsetyo, H. 2003. ILMU GIZI
(Korelasi, Kesehatan, dan
Produksi Kerja).
PT Rineka Cipta: Jakarta
Moehji, Sjahmien, 2003. Ilmu Gizi (Penetahuan Dasar Ilmu Gizi).
Papas Sinar
Sinanti:
Jakarta.
Nyoman, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran:
Jakarta.
Roedjito,
djiteng, 1987. Perencanaan Gizi. PT. Media Sarana Presss: Jakarta
Suhardjo,
1996. Perencanaan Pangan dan Gizi.
Bumi Aksara: Jakarta
Yuniastuti, Ari. 2008. Gizi dan Kesehatan. Graha Ilmu:
Yogyakarta.